Selasa, 04 Oktober 2016

MK Sosiologi Umum Tugas Ke-2

WHATS UUUUUUUUUUUUP!!!!!!
Coy, merapat siniiii!!
Gue mau bagi-bagi tugas MK Sosum ke-2 gue yang mungkin bisa bantu mengurangi sedikit beban hidup lo di PPKU IPB.
CHECK IT OUT!






MK Sosiologi Umum
Tanggal: 19 September 2016
Ruang  : 2.09
Nama : Bayu Pranoto Dwi Putra (G74160068)                       
Kelas   : Q08.2

TUGAS KE-2
DRUG TRAFFICKER” DARI CIANJUR
Oleh :
Irfan Budiman, Rian Suryalibrata,
dan Upik Supriyatun
Nama Asisten :
Mutiara Mar Atu S (I24140038)

            Merika Franola alias Ola, wanita kelahiran 23 Novemer 1970 berambut pirang yang baru-baru ini dijatuhkan hukuman mati, kini berseri-seri. Nampaknya vonis tersebut menguap diketuk majelis hakim pimpinan Asep Irawan, Jum’at siang pekan lalu. Ola mengaku tetap merasa sedih, mengingat dirinya yang harus meninggalkan dua anaknya yang masih kecil-kecil. Ola tampak lebih tegar ketimbang terpidana mati lainnya. Rani Adriani, sepupu Ola, merasa sulit melupakan vonis mati tersebut.
            Semasa hidupnya, Ola pernah menjadi seorang disc jocker. Dari pekerjaan itu, diperolehnya seorang anak dari seorang yang dia panggil Mr. X. Pada Oktober 1997, Ola bertemu Tajudi, seorang Nigeria. Tajudin alias Tony mengaku seorang pembisnis pakaian jadi. Selang waktu berganti, Ola hamil. Dua sejoli itu lantas mengikat tali perkawinan di rumah orang tua Ola di Cianjur.
            Namun semua kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Ternyata Tony adalah pribadi yang kasar, suatu waktu Ola pernah dipukuli Tony hingga harus dirawat inap di Rumah Sakit Azra, Bogor.Ola mengaku tetap mencintai Tony, seperti dirinya terikat magic, mantra guna-guna. Bersamaan dengan itu, ternyata berbisnis pakaian jadi adalah kedok Tony untuk mengambil hati Ola, karena pekerjaan sesungguhnya adalah sebagai sindikat narkotika.
            Mau tidak mau, Ola terpaksa ikut ke dalam komplotan Tony sebagai drug trafficker. Selain Ola, Rani alias Melisa Aprilia dan Deni Setia Maharwan juga terpincut masuk ke dalam pekerjaan haram tersebut. Disinyalir Tony merupakan anggota komplotan narkotika internasional. Sudah sering Tony, Ola, Deni, dan Rani mengedarkan narkotika ke luar negeri, tak jarang memasukkannya ke dalam negeri.
            Baru 12 Januari 2003, Ola dan komplotan kecilnya diringkus di Bandara Soekarno-Hatta. Di hari yang sama pula Tony, suami Ola, tewas setelah baku tembak dengan polisi yang menyergap. Lokasi Tony diketahui polisi dari Ola yang agaknya, magic yang mengikatnya berhasil diputus oleh desakan polisi. Alex Bambang Riatmodjo, Kepala Kepolisian Wilayah Kota Besar Bandung, mengaku tak percaya kalau keterlibatan Ola dalam perdagangan narotik semata karena terpaksa. Dugaan ini dibenarkan pula oleh jaksa Mursidi dan hakim Asep.


Analisis Bacaan

1. Struktur Sosial
- Merika Franola alias Ola, seorang drug trafficker.
- Tajudin alias Tony, suami Ola yang mengaku sebagai seorang  pembisnispakaian jadi, padahal seorang komplotan narkotika.
- Rani Andriani alias Melisa Aprilia, sepupu Ola yang ikut bekerjasama dengan Ola.
- Deni Setia Maharwan, sepupu Ola yang ikut bekerjasama dengan Ola.
- Alex Bambang Riatmodjo, Kepala Kepolisian Wilayah Kota Besar       Bandung yang tidak percaya alibi Ola.

2. Tindakan Sosial
 - Tindakan rasional instrumental, yaitu didasarkan pada motif-motif efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuan.
Contohnya:
Tony memanfaatkan Ola sebagai drug trafficker dan kedua sepupu Ola yaitu Deni dan Rani sebagai kurirnya.
- Tindakan rasional berorientasi nilai, yaitu didasarkan pada motif-motif pengejaran nilai-nilai sosial tertentu.
Contohnya:
Tony berorientasi untuk mencapai tujuannya sebagai pengedar narkotik dengan memanfaatkan Ola, Rani, dan Deni.
- Tindakan Tradisional, yaitu didasarkan pada motif-motif kepatuhan terhadap tradisi atau adat istiadat.
Contohnya:
Ola sebagai istri harus tunduk kepada suaminya. Dan Ola bertanggung jawab penuh atas kedua anaknya.
- Tindakan Afektif, yaitu didasarkan pada motif-motif pelampiasan emosi atau perasaan.
Contohnya:
Tony yang selalu melampiaskan kemarahannya kepada istrinya.

            3. Fakta Integrasi Fungsional
- Ola yang bergantung kepada Tony karena Tony adalah suaminya.
- Rani dan Deni yang bergantung kepada Tony dan Ola karena mereka terikat hutang.
- Tony yang terikat kepada Ola, Rani, dan Deni karena tanpa mereka bisnis narkotikanya tidak akan berjalan lancar.

4. Fakta Sosial Berdasarkan Aras
- Aras Masyarakat
Hubungan Tony dan Ola sebagai sepasang suami istri, hubungan Ola dengan Rani dan Deni sebagai sepupu.
            - Aras Mikro
Tony memukuli Ola, Tony berbohong akan pekerjaannya kepada Ola, Deni yang dipinjami uang oleh Tony, Ola yang mencintai Tony.
- Aras Masalah Sosial
KDRT yang dilakukan Tony terhadap Ola, kemiskinan yang dialami Rani dan Deni.

5. Kutub Obyektif dan Subyektif
- Kutub Obyektif
Dikemukakan oleh Email Durkheim. Fakta sosial sebagai kupulan tindakan-tindakan sosial individual yang dapat diukur secara empiris dan positif dinyatakan sebagai suatu angka.
Contoh :
Penghasilan yang didapat Ola dari pekerjaannya sebagai drug trafficker sebesar 200 USD untuk setiap pengiriman oleh kurir.
            - Kutub Subyektif
            Fakta sosial tidak di luar namun “melekat” pada individu, dinyatakan secara
            Kualitatif.
            Contoh :
            Tony memanfaatkan Ola, Rani, dan Deni untuk menjalankan bisnis
            narkotikanya hingga ke tingkat internasional.
           


Rabu, 21 September 2016

Institut Pembesar Betis

Institut Pembesar Betis

Tau ga nama institut di atas?
Gatau ya? Kalo gitu kita sama. Gue juga sebenernya baru tau nama alias itu dan setelah sebulan di IPB, alias itu jadi makin MAKIIIIN cocok buat IPB. Gue masa mau keluar asrama aja harus lewat berbagai rintangan, ratusan anak tangga menanti di luar sana. Belum lagi kalo mau makan murah, KONOHA IS THE BEST! Percaya deh, kalo lu makan di sana, 20k bisa buat 4 kali makan. Makanannya cukup bersih kok, ya kaya warteg normal aja. Anak2 asrama internasional aja banyak yang makan di sana. FYI, Konoha itu ada dua, gue lebih suka makan di Konoha 2. Lokasinya emang agak sedikit ke bawah, tapi tempatnya lebih lega dan lebih banyak pilihan makanannya.
Saran aja, kalo ke konoha jangan beli satu, minta bungkus lagi buat nanti lu makan, soalnya nanti bakal ngantri, BANGET. Gue ni ya, kalo ke balik dari konoha, nyampe asrama laper lagi anju. Keluar konoha aja udah penuh perjuangan, dari jalan yang kemiringannya sampe mendekati 90 derajat, sampe anak tangga gaje yang dibuat gotong royong arsitek dadakan.


KONOHA 1


Mau yang deket dari astra kalo makan?
Ada Red Corner. Harganya? Ya normal lah, antara 8-15k. Gue kalo mau ngopi apa lagi sakit kaki, biasanya ke RC. Kalo takut telat masuk kelas, gamau ngantri, nah RC bisa jadi pilihan tepat. 50 meteran dah kayanya jaraknya dari astra –asrama putra. Cuman banyak desas-desus makanannya kurang bersih gitu, alhamdulillah gue belum pernah ngalamin sih.


Penghuni RC

Anak departemen pada makan di RC

Lu kalo bawa motor, simpen di RC aja biar gratis parkir




Ya ampun, gue kepingin banget makan enak, harga pantas, banyak pilihan ih. Kemana yaaaa?
Welcome to BARA! Babakan Raya! Tempat mahasiswa-mahasiswi mencari kebutuhan demi kelangsungan hidupnya dengan harga terjangkau. Mulai dari makan, beli buku Halliday, Campbell, sampe yang dagang baju, alat-alat elektronik, sepeda. Pada intinya semuanya ada di Bara. Lokasinya emang rada jauh dari astra –asrama putra- tapi worth it banget kok. Ga banyak tangga-tanggaan, perjalanan menyenangkan, bisa cuci mata lewat astri –asrama putri, bisa liat-liat barang-barang aneh, makanan-makanan unik yang ga ditemuin di tempat lu berasal. Yang harus lu lakuin cuman keluar. KELUAR DARI ZONA NYAMAN LU! Kalo abis hujan tuh paling enak jalan ke Bara, sejuk, damai, ga begitu ramai. Kalo sore menjelang maleman dikit, Bara penuh manusia, macet, tapi buat gue itu malah rame, gue emang dasarnya suka keramaian pasar sih. Maklumlah, anak kampung wkwkwk.

Nih gue kasih foto-foto perjalanan menuju Bara.
Foto dimulai dari pertigaan Tanoto Forestry 




Welcome to Berlin -gerbang masuk Bara- yang senantiasa ramai

Penampakan Gerbang Berlin dari dalam IPB





Foto-foto selanjutnya diambil di Bara


       





BUTUH JASA URUT KAKI! Yang murah, yang berpengalaman, yang plus-plus. (eh)



Ngomongin makan mulu lu bay, emang ga punya tugas?
WAW! Ga ada yang namanya mahasiswa tanpa tugas. Ga ada abisnya. Dosen sama asdos tuh ga peduli lu udah punya tugas setumpuk gaban juga, itu DERITA LO. So, selesaiin tugas2 lu, seremeh apapun itu. Dosen ga pernah lupa tugas apa aja yg pernah mereka kasih. Jaga management time lu supaya selalu tersisa waktu buat tidur. Fix, jangan sampe ketiduran di kelas, apalagi kelas kalkulus, merem dikit, kelar idup lu. Jangan anggap remeh tugas kelompok, walaupun tugasnya itu remeh banget, karena kerja kelompok itu bakal ngebantu lu buat berani mengemukakan pendapat, belajar berorganisasi, berbagi tugas secara fair and square.





Secara anak Fisika PPKU IPB itu pejuang Sabtu, alias gue ga libur hari Sabtu.





Kaki aku sakit mama, pegel2. Gamau ngeluh, bukan ngeluh, cuman pengen curhat aja. Ya udah sih ya. DERITA LU ANJU!

Kamis, 08 September 2016

Temanku, Bu

Sore tirai oranye, malam jatuh tirai terbuka kembali.
Alang tugas bayang masa depan, Jack The Ripper keluar dari sarang.
Percuma belajar, kepalaku pening, mungkin terlalu banyak gula.
Datang saat tersungkur, selama kepala tetap tinggi, pening pergi.











Temanku banyak di sini, Ibu.
Satu jadi campuran heterogen, sifatnya tapi seperti sirup.
Andai teraduk, susah dipisah.


Temanku baik di sini, Ibu.
Bangunkan aku saat fajar, tidur sekamar di awal pagi.
Berangkat bersama, meski kadang jalanku terlalu cepat.



Temanku bijak Ibu.
“Raja-raja mati, rakyat miskin mati.”

Mau dengar aku nyanyi, padahal kupingnya sakit, perutnya mual.



Kini gerimis berkunjung, dioleh-olehkannya semerbak bau hujan.
Kumandang panggilan ibadah, tanda malam telah tiba.
Krik... krik... krik...
Penghuni malam berpesta pora.
Celepuk burung hantu saut-sautan, jangrik riang gesek biola kaki.




Temanku ramai di sini, Ibu.
Tadi aku jadi vampire, jadi guardian.
Bunuh serigala jadi-jadian.


Temanku pintar, Ibu.
Kerjakan quiz biologi, selesai kerja hati-hati.
Nilainya cukup untuk hidup seminggu.



Jangan khawatir, Ibu.
Rinduku dari setiap aksara.

Rabu, 07 September 2016

INGAT



Malam ini.


Malam ini jatuh, dentumannya menjaga aku agar tetap jadi yang susah lupa.
Bulan sudah berganti, hari sudah berganti, tapi aku tetap sama, yang susah lupa.
Besok, jam 8 harus sudah ngampus, tapi aku ada di 00.43, bercerita pada layar.
Kemarin aku suka bangunan, kemarinnya lagi aku suka pukulan, sekarang aku susah lupa.


Aku pada hujan, tetesnya membawa ingatan, manis dan getir.
Tapi jangan terlalu lama, nanti kau pusing, sakit dibuatnya.
Butir hujan datangnya keroyokkan, ga ngasih waktu buat lupa.
Bahkan saat hujan di luar, tetesnya masuk dalam kamar, padahal atap tak bocor.


However, rain is still my favorite menu.
Ditemaninya aku bercerita, usai kerja tugas selesai, usang datang lagi, jadilah aku susah lupa.


Sekarang pagi tiba, hujan sudah tiada, tapi aku tetap susah lupa.
Ingat pernah 3 tahun, hingga pulang.
Sayang hanya raganya, hatinya hilang.
Pada 4 masih hilang, 5 tak kunjung ditemukan.
Hingga di 6 aku sadar, hatinya hilang, tak akan pulang.
Di 6 raganya hilang, tapi visualnya tinggal, meninggalkan susah lupa.


Sekarang aku tidak lupa, kunikmati saja, biar bosan aku ingat, biar bosan susah lupa.

Lelah bosan susah lupa.

Selasa, 30 Agustus 2016

MOZAIK

30 Agustus 2016






Di penghujung bulan dirgahayu, gerimis turun sesaat, 15 menit mungkin untuk pagi. Baris kami di sana, duduk di atas rumput tanah basah diguyur. Bersama-sama bingung dan semangat jadi satu. Satu jam pamit, undur dengan roti dan camilan, takut kalau lapar datang, mereka hilang. Terimakasih Tuhan, kau teduhi kami.


Anak Diploma IPB


“BANGUN! AYO PECAHKAN REKOR DUNIA!”






Lari kami berdampingan, sengaja dipertemukan, untuk tujuan yang tinggi. Nampak rapia dan duplet di tengah lapang. Penuh algoritma dan pemikiran strategis, rumit dan atau tak terbayang. Tak apa, hujan sudah berhenti, masuk sinar matahari menghangatkan tubuh yang basah. Sejam berlalu, matahari bersemangat menyinari, terlalu semangat sampai panasnya bisa kurasakan.



Satu jam sering berlalu di sini.  Tak paham panasnya neraka, cukup di sini saja, jauhkan aku dari panas api neraka, Ya Rabb. Namun semangat pantang pudar, bandel seperti noda pada hati. Andai mereka tahu, aku tahu mereka lelah, harusnya mereka tau.



Ancang-ancang



Halangan tak pernah absen, panas matahari tak mau pergi, awan izin absensi. Sampai kapan teman2 mesti menunggu? Yang tak kuat mental teriak2 kepanasan, yang lemah fisik jatuh pingsan. Cobaannya luar biasa, hampir saja aku mengeluh, namun hati ini takkan pernah rela.





“MULAI MEMBALIK HALAMAN!”





Halaman silih berganti, lambat laun dari satu hingga tujuh. Sudah lelah keberatan mengangkat beban, diulang kami diperintah. Begitu tahan sekian lama.  Hingga tiba saatnya, satu lagi mimpi jadi nyata.




“Lets do it.”




Siap. Sedia. MULAI!




“MEDIS!! MEDIS!!”




Satu lagi anak bangun runtuh. Sayang sekali, maka dipanggil menit2 cadangan untuk mengisi kekosongan. Panas tak tertahankan, keringat senang pergi keluar. Tanpa pemikiran matang anak bangsa, mimpi pasti berantakan.




“SIAP! KITA MULAI LAGI!”




Siap. Sedia. MULAI!


Satu! Gambar apa ini? Dua! Ada yang tahu tidak? Tiga! Ah berat sekali duplet ini. Empat!  Lima! Enam! Tujuh!
Selesai sudah. Terpikir untuk berlari, sampai ternyata masih ada satu lagi rekor harus pecah. Maka diulang sekali lagi. Namun tak satupun kami mengeluh, semangat tak luntur2. Maka diulang sekali lagi. Maka diulang sekali lagi.




“SELAMAT! KITA BERHASIL!”














Lari aku ke depan, lompat sana, situ, dan sini.


Rekor duniaku, kebanggaanku. Prestasi kami.
Mereka bilang kami meniru, maka mereka panggil aku peniru. Sudahlah, memang begitu cara kerja dunia. Mereka caci, AWAS PROVOKASI! Padahal mati2an kami melawan panas hujan, sakit2an menguatkan mental.


Di sana iri, sebut kami plagiat.

Di sini subuh subuh subuh, suka deh sama kamu.